Aku di masa akan datang

November 2011

Akhirnya hari yang di nanti-nanti sejak 2 tahun yang lalu datang juga pada hari ini. Segala puji hanya bagi Allah semata. Hari ini saya dapat menunaikan salah satu rukun Islam yang lima dan terakhir yaitu haji. Sebuah idamanku sejak lama untuk berada di tempat ini. Tempat di mana aku akan meminta kepada Allah dan mengadukan segala unek-unek yang ada dalam hatiku. Hari ini adalah hari di mana sebuah fase perubahan terjadi dalam hidupku. Banyak hal yang akan kucurahkan di tempat ini. Banyak permohonan dan doa di sana. Salah satu doanya adalah tentu saja, saya berharap Allah menjadikanku sebagai salah seorang yang ikut andil dalam merubah dunia ini. Merubah dunia ini menjadi sesuatu yang lebih baik. Ada doa di sana untuk dapat di jadikan hamba ini sebagai salah satu syuhada yang membela agama ini. Mati syahid merupakan salah satu keinginan dan cita-citaku dalam menghembuskan nafas terakhirku. Aku ingin bertemu dengan Allah dengan masuk surganya tanpa hisab dan tanpa adzab. Dan salah satu hal yang bisa kudapatkan caranya agar aku dapat menjadi orang itu adalah dengan kematian sebagai seorang syuhada. Mati syahid. Dan doa yang di cukup menggelitik adalah doaku agar di beri pendamping dalam perjuangan itu. Perjuangan yang aku tahu itu tidak akan pernah berhenti di dunia ini.

Di tempat ini, di tanah suci ini. Kupanjatkan ketiga doa itu. Keyakinanku yang kuat membuat semuanya menjadi mungkin. Aku yakin Allah akan mengabulkan doa-doaku. Betapa takjubnya hatiku melihat kondisi persatuan muslimin di tempat ini. Di tempat nabi Muhammad mengemban risalahnya. Sebuah keadaan yang sangat menyentuh hatiku dengan sangat, ketika di tempat ini aku dapat mencium hajar Aswad. Berada di raudhoh. Berada di dekat makan Rasulullah. Berada dan bethawaf di sini. Alangkah begitu kecilnya diri ini.

Air mata itu betul-betul tak dapat ku hentikan. Menetes begitu kuat. Tak tertahankan. Hati ini betul-betul merasakan kerinduan yang luar biasa kepada Dzat Pencipta. Rindu kepada Rasulullah SAW. Aku sangat sadar, bahwa diri ini sangat jauh dari apa yang ada dalam diri beliau. Aku masih “mbeling”, aku masih sering “ngeyel” dengan beliau. Betapa malunya hamba ini. Aku ingin sampaikan bahwa, aku minta ampun Ya Robb. Tidak ada yang dapat mengampuni hamba selain Engkau. Engkau semata yang mampu mengampuni dosa-dosaku.

Di tempat ini pula, aku keluhkan terhadap kondisi muslimin hari ini. Kondisi muslimin yang tercabik-cabik dan yang paling mengkhawatirkan adalah mereka jauh sekali dengan Allah. Bahkan seorang aktivispun, aku lihat kebanyakan justru menjalani agama ini hanya sebatas rutinitas sahaja. Tidak ada kesambungan dengan Allah.

Aku berdoa di tempat ini. Tentang kondisi muslimin di Palestina, Afghanistan, Irak, Checnya dan belahan bumi lainnya. Begitu pilunya hati ini ketika aku mengingat kondisi mereka. Kondisi yang di buat mainan oleh orang-orang kafir.

Di tempat ini pula, aku bersimpuh kepada-Nya. Aku memohon agar dunia ada dalam gengaman tanganku (Sumbe-sumber rizki mengalir kuat dalam diriku), tapi dunia itu tidak dalam hati keluarga dan diriku. Dunia itu menjadi perantaraku dalam menuju akhirat.

Desember 2011

Akhirnya proses ibadah haji itu aku jalani dengan sangat sempurna di tahun ini. Alhamdulillah… aku yakin Allah akan mengabulkan doa-doaku di sana. dan sekarang adalah waktunya untuk menjemput segala yang kupanjatkan di sana.

Salah satu yang ingin kucapai adalah memperoleh seorang pendamping dalam perjuangan ini. Seorang wanita yang sholehah.

Aku sadar bahwa aku masih banyak kekurangan. Dan aku senantiasa memohon kepada-Nya agar aku di ijinkan untuk memperoleh wanita yang dapat mendampingiku dalam perjuangan ini. Dan itu adalah targetku di tahun 2011-2012 ini. Ada harapan tuk gapainya. Usiaku bukan usia muda lagi. Nafsu sebagai seorang laki-laki normal, memang terus ada dalam diriku. Semakin lama, nafsu itu bergerak sangat liar. Dan benarlah bahwa dengan menikah adalah merupakan solusi yang tepat dari hal itu. Dengan puasa Dawud pun masih bisa tembus fitrah itu. Dan bahkan taruhlah dengan puasa setiap hari. Nafsu itu tak akan padam, dan akan bergerak sangat lihai dan lincah.

Usiaku tak muda lagi..

Sudah hampir 30 tahun aku menapaki hidup ini.

Menikah di usia itu adalah terlambat..

Terlambat 5 tahun dari usia menikahnya nabi.

Keturunan kamu akan ketinggalan seorang ayah 5 tahun lebih cepat.

Seandainya kamu berusia hingga 60 tahun.

Maka seusia kamu sekarang ini, anak pertamamu.

Lalu akankah engkau tega membiarkannya.

Membiarkannya tanpa pengemblengan dari dirimu.

Penggemblengan dari seorang ayah kandungnya.

Akankah engkau tunda lagi ????.

Februari 2012

Akhirnya setelah proses taaruf berjalan hanya dalam tempo yang singkat. 1 bulan sejak aku bertemu dengan sebut saja Akhwat. Proses berjalan dengan sangat lancar. Aku coba curahkan segala pernak-pernik “unek-unek” kehidupanku ini kepada Sang Pencipta. Sebagai seorang hamba yang “mbeling”, aku sampaikan kepada-Nya. “ Ya Allah, aku bukannya bersifat gak sopan dengan Engkau. Aku hanya ingin sampaikan bahwa aku telah menjalani apa yang semestinya aku lakukan. Aku sudah berusaha untuk menjemput apa yang ingin Engkau berikan kepada-Mu. Sebagaimana doaku di tanah suci itu ya Robb. Doaku itu ya Robb. Aku yakin Engkau masih ingat detil doaku pada waktu itu. Nach sekarang ini, aku sedang dalam posisi yang paling menentukan dalam pengambilan keputusan itu Ya Allah. Akhwat itu, jikalau dia adalah jodoh yang Engkau janjikan kepadaku di tanah suci itu. Dekatkan lah ia. Berikan keyakinan dalam hatiku. Ya Robb.. maaf ya kalau doaku seperti ini”.

Malam yang hening, tak seperti malam-malam tahajudku di hari-hari yang lain. Di malam-malam bulan itu, ada doa khusus yang aku panjatkan di sana. Doaku di akhir sepertiga malam.

Akhir Februari 2012

Alhamdulillah… hari ini adalah hari di mana aku akan menyampaikan keputusanku dengan akhwat itu. Aku akan sampaikan bahwa aku siap dan merasa cocok dengan dia. Hari ini ada getaran kuat dalam sanubariku. Desir rasa dag dig dug, tidak bisa kupingkiri tampak nyata dalam hidupku. “Mbak Insya Allah, saya siap menjadi pendamping mbak”.

Jawaban singkat, dengan tanpa kata “ukhti” seperti kebiasaanku.

Sahabatku yang menemaniku waktu itu, terlihat cengar-cengir sedikit tertawa melihat tingkah polahku. “Kamu kayak habis lari pagi aja”, katanya ringan. Maklum di tubuhku keringat bercucuran dan rasa dag dig dug kencang sekali.

Akhirnya…

Akhirnya…

Keputusan itu aku ambil..

Keputusan untuk mengatakan engkau adalah sahabat sejatiku.

Belahan jiwaku.

Ibu dari mujahid-mujahid kecil darah dagingku.

Sang Akhwat itu memang belum mengatakan “Ya”. Tapi tarikan kuatku mengatakan kalau ia akan mengatakan “Iya”. Rasa tarikan kuat dan keyakinan dalam hati yang tak dapat di pungkiri.

Akhirnya…final..

Benar feelingku..

Keesokan harinya ia mengatakan “Iya”, dan memintaku untuk menemui orang tuanya esok hari untuk mengkhitbah dirinya.

Akhir Februari 2012

Hari ini, aku datang kerumahnya. Aku di temani oleh kakak-kakakku dan beberapa Omku. Di ruang tamu itu… aku sampaikan dengan langsung kepada orang tuanya bahwa saya sudah cocok dengan putri bapak, dan berniat untuk melamarnya.

Setelah bermusyawarah dengan keluarga, akhirnya di sepakati bahwa bulan depan aku ijab.

Di luar dugaanku, ternyata si akhwat itu mempunyai orang tua yang bagiku lebih dari religius. Dan saya sebelumnya memang hanya tahu rumahnya sahaja. Ternyata selain religius bakal calon mertuaku adalah termasuk dari golongan orang-orang yang terpandang dan kaya raya. Batinku selalu bilang sama Allah kala itu “ Ya Robb jangan Engkau jadikan dunia ini dalam hatiku. Jadikan apa yang dia maupun orang tuanya miliki sesuatu yang dapat menjadi kebaikan. Menjadi jembatan menuju keridhoanmu. Jembatan menuju ampunanmu. Jangan Engkau jadikan fitnah buat ku dan keturunanku serta saudara-saudaraku akan kekayaan yang di miliki oleh calon istri dan mertuaku itu ya Allah. Aku mohon dengan sangat”.

Awal Maret 2012

Aku mulai menyiapkan segala hal berhubungan dengan pernikahanku. Dari mahar sampai jas. Dari keadaan rumah atau kamar yang aku akan tinggali kelak. Masih seperti dulu kamar berukuran 3X4 meter dengan sebuah kamar mandi adalah kamar kecil sekaligus rumah yang akan kami huni kelak. Aku tinggal masih dengan kakak pertamaku.

Aku buat kamarku terpisah dengan ruang-ruang lainnya. Meski masih ada kamar yang menghubungkan dengan ruang tamu. Tetapi di kamarku, aku buat ada pintu yang berhubungan dengan luar langsung. Aku buat menghadap timur, dengan sebuah jendela di sampingnya.

Kamar atau rumah inilah yang akan kami huni kelak untuk sementara.

Acara pernikahan di pihak laki-laki aku urus dengan maksimal. Prinsipnya aku buat sesederhana mungkin. Walimahannya pun aku adakan bersamaan dengan acara pengajian yang rutin saya adakan bersama teman-teman dengan mengundang masyarakat setempat.

Aku tulis di undangan “Pengajian rutin Risma Al Jami dan walimahan”.

Aku ingin buat suatu acara sosial sebelum dan sesudah acara walimahan itu. Sehari sebelumnya, aku buat acara bakti sosial, dengan membagikan sembako dan alat tulis serta pakaian atau kaos kepada orang-orang fakir miskin di daerahku. Hari akhirnya pun aku buat pengobatan massal dan gratis yang seluruhnya berasal dari danaku.

Kalau orang biasanya mengeluarkan uang yang besar hanya untuk mengadakan sebuah acara yang “wah” dalam pernikahannya. Maka aku akan mengeluarkan senilai dengan yang biasa mereka keluarkan, Tapi dengan acara yang lain. Acara yang bisa memberi manfaat kepada mereka secara langsung. Bukan acara yang merepotkan kanan-kirinya.

(to be continued)


Masukkan Email Kamu Untuk Berlangganan Trik2 seperti ini

Jangan Lupa Baca Juga Yang Ini :

0 comments:


:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o Posting Komentar