Sejenak merenung dan membayangkannya. Sebuah tempat di dalam angan-anganku. Negeri yang penuh kedamaian. Kasih sayang timbul dan terasa di antara sesama. Sebuah perbedaan menjadi sesuatu yang biasa. Perbedaan yang tidak menimbulkan kebencian di antara sesamanya. Meski satu orang yang berbuat kejahatan atau menimbulkan kebencian terhadap sesama. Tapi hal itu dapat di tangkis dengan adanya proses tabayun (cross cek) yang gencar dan terjadi dalam setiap saat dan waktu. Tenang dan betul-betul damai apa yang ada di sana. Setiap orang menghargai di antara sesamanya. Umat Islam sebagai penguasa di wilayah itu, betul-betul menjaga kedamaian di masyarakat. Umat Nasrani (Kristen) pun di lindungi kebebasan beribadahnya. Bahkan kaum yang beragama Yahudi. Yang dulu menjadi kaum yang mendholimi umat Islam, di biarkan untuk hidup bersama di sana. Hidup bersama dalam naungan kekhalifahan Islam. Sultan Zaid El Durra bahkan memberikan kebijaksanaannya yang sangat terhadap umat beragama lain. Umat beragama lain di perhatikan terhadap kondisi ekonomi maupun kebebasan beragamanya.
Tentu saja hal itu juga di perlakukan sultan kepada umat Islam yang menjadi penguasa di sana. Geliat suasana perekonomian penduduk pun terlihat semarak di sana. Pasar-pasar beterbaran di sana. Di masjid suci Al Quds, terlihat wisatawan yang berkunjung dengan sangat senangnya di tempat itu. Di pelataran masjid suci umat Islam itu menjadi saksi kekhusyukan manusia dalam menyembah kepada-Nya. Ada banyak hal-hal yang berubah sangat drastis ketika 15 tahun yang lalu kota dan negara ini, jatuh dalam kekuasaan Islam. Bangsa Yahudi Israel yang berusaha menghancurkan negara Palestina, dan gencar untuk mengebom dan menghancurkan kota-kota di sana. Membunuh anak-anak dan orang tua yang tak berdosa. Akhirnya hancur oleh kekuatan Islam yang ada di sana. Kekuatan yang bermula dari perkumpulan kecil. Tapi dukungan rakyat membuat kelompok kecil itu menjadi sebuah kekuatan yang tak terkalahkan. HAMAS. Menjadi sebuah gerakan yang universal dan menjadi pemimpin dari organisasi lain di seluruh dunia. Kekuatan Islam menjadi dalam satu komando dalam kekuatan HAMAS itu.
Semula Israel bahkan tidak menyangka akan dampak dari penyerangannya terhadap kota Gaza. Desember-Januari 2009. 15 tahun yang lalu, Israel dengan kekuatan penuh menyerang dan mencoba menghancurkan kekuatan Hamas yang ada di Palestina. Mereka mengatakan berhasil membunuh dan menguasai kota gaza. Menduduki kota Gaza, yang menjadi kota simbol perlawanan di tahun itu. Mereka membunuh 1.300 penduduk sipil dan melukai hampir 5.000 orang di sana. Mereka mengklaim kemenangan di sana. tapi skenario Allah, bukan demikian. Secara fisik Hamas di katakan kalah. Tapi ternyata Israel tidak tahu ada macan yang mulai terbangun. Kekuatan lama itu bangkit. Bangkit dengan perlahan. Dan kekuatan itu bergerak terus menuju kesadaran akan pentingnya persatuan. Persatuan diantara umat Islam. Persatuan yang di landasi dengan kebesaran jiwa umatnya dalam menghargai perbedaan yang ada. Perbedaan yang memang tidak bisa di hindari. Dan Hamas. Hamas bergerak sangat cepat. Dan mencoba untuk menjembati semua itu. Semua organisasi Islam yang bergerak dengan kesadaran akan pentingnya persatuan, tentu saja mengiyakan seruan hamas ini. Umat Islam pun mulai jenuh dengan perbedaan yang membawa kehancuran. Tentu saja umat Islam yang saya maksud di sini adalah yang mereka peduli dengan islam. Setiap zaman dan masa selalu ada sekolompok dari umat Islam yang tidak peduli dengan agamanya. Dan justru ketika mereka yang peduli dengan Islam berjumlah tidak begitu banyak. Tapi mereka komitmen dengan ke Islamannnya. Allah bantu mereka.
Hal inilah yang menjadi tongak kembalinya macan itu dari tidurnya. Tepatnya 15 tahun yang lalu (2009), macan itu mulai bangun dari tidurnya. Perlahan dan pasti, hingga kemenangan itu ada di tangan mereka. Sultan Muhammad bin Abdullah menjadi pemimpin di masa kebangkitan itu. Di tahun 2014 mulai ada pergerakan ke arah persatuan itu. Di bawah komando Hamas yang di pimpin oleh Muhammad bin Abdullah. Pemuda yang punya visi dan misi ke depan. Akhirnya kekalahan Israel menjadi sebuah kenyataan yang tak terelakkan. 5 tahun sesudahnya kemenangan itu betul-betul nyata, dengan terbebasnya bumi Palestina dari gengaman Israel. Israel menjadi sebuah kekuatan yang lemah. Dan memang sejak awal, kekuatan selain Allah adalah lemah. Israel sangat bergantung kepada Amerika. Negara yang mengubah kebijaksanaannya terhadap dunia Islam. Dan tentu saja melepaskan anak kesayangannya. Israel. Anak kesayangan yang menjadi petaka bagi negara itu. Krisis ekonomi sejak kepemimpinan Barack Husein Obama ( di lantik 20 Januari 2009) menjadi salah satu faktor berubahnya kebijaksanaan politik Amerika. Irak, Afghanistan merupakan sebuah negara yang tidak dapat di taklukkan oleh Amerika. Negara itu justru pada akhirnya menjadi sebuah negara yang berada dalam daulah kekhalifahan sultan Muhammad bin Abdullah. Perang untuk membela kehormatan memang tidak dapat di elakkan di waktu itu. Tapi perang itu bagi sultan dan umat Islam adalah sesuatu yang tidak di sukai. Tapi dasar negara Yahudi Israel itu betul-betul negara yang keras kepala, perang dengan bangsa yang keras kepala menjadi sesuatu yang tidak dapat terelakkan.
Komando Jihad membela agama betul-betul bersuara lantang kala itu. Tentu saja panggilan itu membuat umat Islam yang ada dalam hatinya Iman, akan menjawab panggilan. Tahun 2019 menjadi saksi akan panggilan Jihad itu. Dan hampir 3 tahun kemenangan dan kekalahan selalu Allah pergilirkan. Hingga peperangan akhir itu terjadi. 25 April 2022 menjadi momen terbesar di masa itu. Bahkan momen terbesar di abad itu. Kembalinya Palestina dalam pangkuan Islam dan berdirinya kekhalifahan akhir zaman sesuai nubuwah nabi Muhammad SAW. Pemimpinnya pun seorang pemimpin yang sangat di segani teman maupun lawan. Muhammad bin Abdullah sebagai mana nama nabi kita.
Kini….
Sultan Muhammad sekarang telah di gantikan oleh putranya. Sultan Zaid El Durra. Seorang sultan yang sangat bijaksana sebagai mana ayahnya. Kedamaian pun menjadi bagian tak terpisahkan di seluruh pelosok bumi. Di bawah naungan kekhalifahan sultan Zaid El Durra bin Muhammad.
Di tulis oleh Aris El Durra
Penulis syahid di bumi Palestina ketika terjadi peperangan dahsyat di bawah komando sultan Muhammad bin Abdullah. Sultan Muhammad menganugerahi penulis sebagai salah satu mujahid yang berperan dalam merubah bumi Palestina dan dunia pada umumnya. Syahidnya beliau merupakan cita-cita yang tertinggi yang selalu beliau idam-idamkan sejak masa remajanya.
Nb : Kutulis sebagai bentuk kegelisahanku dengan bumi Palestina. Dan harapan serta cita-citaku.

Trik Tips Sebelumnya
0 comments: